Studi ke Belanda, Dedikasi Untuk Negara Tercinta
Friday, April 03, 2009 Edit This 0 Comments »“Ehem!Olin,berminat studi ke luar negeri?ke Belanda??” kalaupun ada yang menanyakan hal itu, spontan saja akan saya jawab ”nggak!!!nggak mauu...nggak mau nolak, maksudnya!” Belanda bisa jadi destinasi favorit bagi segenap umat berpendidikan di tanah air termasuk teman-teman saya. Bayangkan, 5 dari 10 teman-teman saya sudah merasakan sistem pendidikan yang memiliki komunitas multikultural di negeri yang terkenal dijk (tanggul) dan kincir anginnya. Tenangggg...saya pasti bisa berangkat!!hehehe *sudah mulai percaya diri atau rada berlebihan sih?*
Berbicara soal pendidikan di negara yang memiliki format Kerajaan sejak 1848, menciptakan pendidikan yang memadai dan bermutu telah menjadi tugas utama dalam catatan pemerintahannya. Bak seorang pelari dalam urutan terdepan, yang punya strategi tajam dan diferensiasi dari pelari lain, Belanda yang memiliki bahasa ibu-de Nederlandse Taal- justru menawarkan metode pendidikan dengan bahasa pengantar yaitu bahasa Inggris. Menawarkan cara berpikir dengan terobosan-terobosan yang sangat cerdas dan efisien, prinsip yang berintegritas juga objektif. Sungguh brilian!Dengan begitu, siapa yang tidak berminat untuk bergabung dalam komunitas pendidikan dengan masyarakat yang bersifat liberal dan modern di salah satu negara Uni Eropa ini.
Menurut cerita teman-teman, di Belanda sungguh pengalaman yang sangat atraktif dan juga membutuhkan perjuangan besar. Loh perjuangan?ya iyalah,buat mereka yang mengikuti program beasiswa dihadapkan pada jumlah kebutuhan yang luar biasa mahal, karena perbedaan nilai uang yang sangat gila-gilaan. Gila-gilaan....gila-gilaan. Maklum saya kelepasan, saya fans beratnya Changcuters heheh. Pantas saja, waktu luang rasanya sangat tidak dirasakan karena harus kerja sebagai part-timer but it's more fun! Nah kalo atraktif?waaa kalo bahas yang ini, mereka pada kirim email yang pada bagian akhirnya tertulis “to be continued ya sist...nggak terasa aku udah 2 jam ngetik email nii”. Mereka sengaja pamer cerita tentang keindahan kota yang mendamaikan hati, makanan enak tak terkira, para cowok bule yang ganteng, taman yang romantis *haizzz...lama-lama mereka sombong juga..sstt jangan bilang-bilang ke mereka ya ;P”
Sempat berkaca tentang pendidikan di negara ini, Indonesia tercinta, yang katanya banyak orang pintar *pintar bohong, pintar nge-les, pintar jadi follower* dan berprestasi. Humhh..saya sempat menghela nafas panjang dan dalam, bukannya apa-apa karena mama lagi masak sup merah di dapur jadi merasakan lapar yang bergejolak heheh.
Saya mencoba untuk menganalisis dari sudut pandang saya, sungguh, bukan sudut pandang aliran ekstrimis yang memandang pendidikan Indonesia sangat buruk atau saya membela kaum oportunis yang menganggap bahwa pendidikan di Indonesia sedang melewati masa krisis dan pura-pura tetap memperjuangkannya dengan tameng sebagai kontrak politik, supaya terpilih kembali dalam pemilu akbar yang akan segera digelar. Ya.Memang tidak bisa mengelak.
Belajar di Belanda bukan berarti kualitas pendidikan di negeri sendiri buruk, jelek, nggak bermutu, sistem pendidikan yang rada kacau sih mungkin. Tapi, ketika saya berniat dan ada kesempatan untuk memutuskan sekolah di Belanda mungkin menjadi titik balik saya dari pola pikir yang sempit, bisa keluar dari mazhab-mazhab ego esktrimis dan bersikap optimis terhadap pendidikan di Indonesia, maju beratus-ratus langkah dari keterbelakangan saya mengenai pendidikan dan pemikiran ala Barat bahkan membuka kesempatan untuk menjalin networking yang luas tanpa batas.
Sekilas info...Sebagai penikmat ilmu dan sekolah sekitar 16 tahun di sekolah swasta *bener2 menghabiskan batang umurku!*, yang dikepalai oleh seorang Suster dengan didikan dari latar belakang ordo kesusteran Belanda, saya masih merasakan karakter yang terbentuk dengan disiplin yang ketat.Sampai detik ini saya cukup merasakan dampak yang luar biasa kok.
Menyoal networking, saya yakin saat saya berkesempatan mengikuti Summer Course selama dua minggu di Utrecht University Summer School, Utrecht, disitu akan menjadi pengalaman hebat dan saya akan menjadi bagian dari komunitas baru.Hubungan humanitas dari berbagai bangsa dan latar belakang budaya berbeda dan tidak sekedar berhenti di hari keempat belas.
Komunitas yang terus berkala untuk menularkan virus-virus edukasi kompulsif yang positif untuk segera saya aplikasikan di lingkungan belajar saya. Saat di tengah-tengah mahasiswa saya. Saat melayani mereka (walau) sebagai administrator jurusan. Pasti banyak proses pembelajaran yang akan saya dapatkan dimana saya bertemu dengan berbagai karakter, beradaptasi dengan bermacam isi kepala dan ekspektasi, kebudayaan interdenominasi. Saya akan mencoba meniru budaya belajar yang atraktif seperti mendalami ilmu konfrontasi yang beretika, berani menyela bukan sekedar minta ijin ke toilet namun mengkritisi setiap kata yang dilontarkan pengajar dengan bertanggung jawab dan dapat dengan bebas menjadikan kelas sebagai tempat pembelajaran yang kompleks, menyenangkan, pengalaman yang berharga. Sebagai class of life. Saya pikir kesempatan ini merupakan ticket to global community.
Ini dedikasi saya untuk negara tercinta.
by olin ;)
sumber insipirasi:
http://educorner.mitra.net.id/ypkib/art5-pendidikan.htm
http://ppibelanda.org/index.php?Itemid=52&id=43&option=com_content&task=view
http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda
0 komen byoliners:
Post a Comment