Ik hou van je, Merah Putih

Friday, August 13, 2010 Edit This 0 Comments »
Ini bukan cerita biasa...ini kisah perjalanan yang mungkin akan dialami banyak orang. Terinspirasi dari cerita seorang sahabat di negeri seberang yang tiba2 menggelitik otak dan tangan gue untuk segera menuangkan di blog kesayangan ;)

Mariz, cewek berambut ikal itu biasa disapa. Banyak orang yang dibuat nyaman kalo berada di sebelahnya. Dengan senyum lebar dan guyonan segar terus mewarnai hari-hari Mariz.
Mariz ngga punya mimpi banyak...cuma punya satu mimpi. Pengen punya sayap, katanya *kalo pake sayap ngga tembus kan ya??maaf penulis lagi eror*. Biar bisa terbang ke negeri impian dan mencoba untuk mengubah takdirnya yang hanya sebagai cewek biasa.
Dasar Mariz! bisanya cuma mimpi aja...bisanya cuma berangan-angan yang ngga ada ujungnya.

Di kesempatan lain..
#I worry, I weigh three times my body..I worry, I throw my fear around..But this morning, there's a calm I can't explain..The rock candy's melted, only diamonds now remain#ringtone Clarity-nya John Mayer berbunyi dengan alunan yang begitu khas dari iphonenya.

"Nomer asing!umh....siapa yaa??umhh..uhh" celetuk si Mariz tapi ngga lama terpaksa diangkat karena rasa penasaran yang begitu menyesak.
"Yaa haloo??" jawab si Mariz dan percakapan pun berlangsung dengan si penelepon misterius.
Sesampai di rumah, Mariz mencari mami dan tanpa tedeng aling-aling langsung dipeluknya perempuan yang sudah mengasuhnya sejak 26 tahun yang lalu.
"Duhh..lo Izz??Duh..kenapaa???mamiii lagiii ngaduk adonan nihh" seru si mami karena setengah kaget bak ditabrak gajah dari belakang.
"Miii..Iz berhasilll...berhasil dapetin beasiswa sekolah bahasa di negeri Belanda!"sahut si Mariz sambil tetap memeluk mami dengan erat
"oyaaa???seriuss Izz..ehh..errhhh..Izz,mamiiii sesakkk napaassssss, pleasee deh" triak si Mami *eniwei, si mami gaul abiss uy!*

"oohh...uhhh maaf mii, abis lagii seneng heheheh"kata si Mariz sambil meringis

Lalu Mariz bercerita ke mami tentang proses pengajuan beasiswa dan program yang diambil. Cerita semuanya..karena memang bermaksud membuat kejutan buat mami.

Di waktu lain..
"Izz..buruannn!!jalannya lambat amat sih, Dekk??ntar kalo ketinggalan pesawatnya begimaana??itu bumbu jadinya ati2 ya Dek, jangan sampai tumpah terus disana mesti lebih ati-ati..jangan nakal Dek, sering berdoa yahh terus telfon mami papi yaa.Ehmm..kalo bobok, jangan malam2 ya Dek trus..." nasihat si mami yang melaju terus kayak kereta ekpress Surabaya-Jakarta-Surabaya dan keliatannya lebih deg-degan daripada si Mariz. Maklum jabatan anak tunggal melekat di diri Mariz setelah 2 tahun lalu saat kakaknya, Marten, dipanggil Tuhan Yang Maha Esa karena sakit liver.

"Mi..lah ini lagi jalan di belakangnya mamii.Mami santai dikit, orang masih 2 jam lagi check in nya" kata si Mariz sambil ngublek-ngublek isi tas ransel segede gaban buat cari tiket pesawat.
"Ahaaa ini diaa..."senyum lega merekah dari bibir si Mariz

Hari ini memang jadwal Mariz meninggalkan Tanah Air menuju negeri Belanda untuk menjalankan program beasiswa sekolah bahasa yang didapatnya secara cuma-cuma.
Semua sudah dipersiapkan dan Mariz punya segudang rencana untuk dilakukan di tempat barunya selama 1,5 tahun. Belajar budaya, belajar Holland Spreken, foto dan jalan-jalan *naek gajah sambil minum milo...kalo nggak foto dan jalan-jalan, bego aja lo!*
Saatnya berangkat. Raungan tangis mami begitu mengiris hati Mariz dan pelukan papi begitu menghangatkan. Semua untuk 1,5 tahun ke depan..Sedih tapi senang tapi sedih. Ergghhhh....

Satu tahun kemudian

Waktu berjalan begitu cepat tapi Mariz tipe cewek yang mudah beradaptasi. Meskipun jetlagnya baru hilang seminggu setelah kedatangannya di negeri 1001 kanal. Pengalamannya yang baru berjalan setahun cukup membuat Mariz belajar banyak hal. Dari ketemu orang-orang Belanda yang menyenangkan sekaligus disiplin waktu, apa-apa mesti bikin janji *Mbok Minah kalah, tukang pijet Mariz yang bisa langsung datang begitu capek badan mendera dan di sms si Mariz…duengggg!*,kunjungi berbagai tempat yang menyenangkan dari monument Anne Frank, Herengracht –salah satu kanal terbesar di Amsterdam-, sampai Red Light District yang begitu membuat Mariz terwow-wow *istilah terwow-wow merupakan istilah penulis untuk menggambarkan perasaan tercengang sambil pasang muka yuk-kita-kemon dari tempat ini*
Cuma satu yang belum dirasakan Mariz. Minum bir! Setiap kali diundang, setiap kali diajak jalan ama teman satu kelas untuk ngafe..Mariz selalu ditawari segelas air berwarna kuning. Kalo kata bang Roma Irama, miras itu memabukkan.Umhh bener ga ya?Tapi entah kenapa, saat ingin membuktikan keabsahan teori tentang bir, Mariz selalu takut. Nggak punya niat besar untuk itu. Mending gue minum jamu Langsing Rapet Wangi, udah ketahuan pahitnya. Mariz membatin.
Sampai suatu ketika..
Saat sedang asik ngobrol dengan Janette, cewe berambut lurus dari Brazil yang juga teman sekelas di salah satu cafĂ© di Rembrandplein tanpa Mariz sadari dia mengambil segelas air di hadapannya dan meminumnya. Ngga sengaja sih dan akhirnya beberapa menit kemudian Mariz merasakan badan panas, muka merah kayak kepiting rebus, dan kayak diajak terbang ama Mas Superman…yang paling aneh,kepala berat banget berasa kayak abis di gebuk sekarung duit *uhh mauu dong!*

"Riz, are you okay?your face...why so.."belum selesai kalimat tanya Jannete dan Jannete sudah bisa mengira kalo Mariz mabuk berat. Dengan sigap Jannete mengantar Mariz pulang ke student huis. Usut punya usut, ternyata Mariz salah pesan..maksud hati pengen pesan cola ehhh si pelayan salah dengar. Akhirnya segelas besar wishky cola sukses meluncur ke tenggorokan gadis penyuka sinom.
Menyesal?Iya. Mariz nangis. Dosa nggak ya? *tiba-tiba Mariz putih dengan sayap dan Mariz item dengan garpu tala sepanjang garisan papan tulis muncul di sisi kanan dan kiri. Keduanya saling adu argumentasi bener-salah soal bir kayak wakil pemerintahan di gedung MPR* “Maapin Mariz Tuhan..maapin Mariz juga Mii, Piiii…Mariz dah mabokkk” seloroh Mariz dengan segenap kepolosannya waktu bangun di pagi hari.

Kejadian-kejadian aneh, memalukan dan menyenangkan terus dilewati tapi tetap tidak bisa mengobati rasa kangennya terhadap Papi, Mami, rumah, sayur asem, soto ayam, rawon, sinom, Mbok Minah dan bendera Merah Putih *bisa sih kejadian di hotel Oranje, Surabaya, terulang..mungkin Mariz bisa menyobek bendera warna biru jadi tinggal warna Merah Putih tapi abis itu hukuman deportasi menyambut heheh*

Bahasa Belanda sudah cukup fasih di dendangkan Mariz *emangg dangdut Keong Racun bukk??* , networking semakin lebar lebih dari lebarnya daun kelor, pengalaman backpacker keliling Eropapun telah dirasakan tapi masih ada yang kurang.
Waktu gue pulang, gue mesti gimana?apa yang gue lakukan ya?Cari kerja lagi?tinggal disini??ato kawin?lagi-lagi Mariz membatin*kalo pertanyaan terakhir memang agak ngawur, begimane mau kawin pacar aja ngga ada* Tapi sebuah janji dibuat Mariz dan dicatat dalam buku agenda polkadotnya.

Tak terasa 1,5 tahun telah dilalui. Saatnya berkemas dan menulis status di facebook “Mariz Clarisa says Back For Good….Papi, Mami, soto ayam, rawon…ayemmm kaminggggg” dan melakukan ritual cium tanah kompeni untuk terakhir kalinya *jijay??penulis suka gaya lo, Riz!*

Sekarang, Mariz sibuk. Lebih dari artis.Banyak yang nge-fans, mengajar sana-sini sampai lupa makan. Buku agendanya penuh dengan jadwal mengajar. Si Mami pun ikutan sibuk melayani anak-anak kampung di sekitar rumahnya yang berkunjung ke rumah Mariz. Ternyata..janji itu dipenuhi Mariz. Dia mengajar. Mengajar bahasa Inggris dan Belanda. Dari rumah ke rumah dan buka kelas private di garasi rumahnya.
Semua dilakukan untuk anak-anak…untuk kota tercintanya dan off course, untuk Merah Putih yang telah bertahan selama 65 tahun.
Ik hou van je, Merah Putih!janji si Mariz.

DIRGAHAYU RI ke 65
Happy fastin, too, fellas..

by olin